Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Laa Ilaaha Illallahu



Laa ilaaha illallahu, tiada tuhan selain Allah. Makna kalimat ini bukan hanya pengakuan terhadap keesaan Allah. Ini juga berarti bahwa tiada penolong selain Allah, tiada yang kaya selain Allah, tiada yang pengasih selain Allah. Maka, seharusnya tidak ada yang kita harapkan kecuali kekuasaan Allah, kepada-Nya kita meminta.
Allah berfirman dalam surat An-Naml ayat 62, “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” Allah berjanji ajan memenuhi permintaan hambanya yang sedang dalam kesulitan. Saya sendiri sudah merasakan kekuatan dari ayat ini sebanyak dua kali. Pertama, saat saya berharap dapat mencapai puncak Gunung Rinjani padahal saya sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang track dan pendakian. Namun setelah membaca ayat ini, perlahan Allah mengulurkan ‘tangan-Nya’. Allah mengenalkan saya pada teman-teman di Lombok yang selalu membantu saya selama pendakian. Alhamdulillah, Allah memperkenankan saya memandang bumi ciptaan-Nya dari ketinggian bersamaan dengan munculnya lafadz Allah di atas matahari terbit. Inilah kekuasaan-Nya..
Kedua, saat perjalanan kembali ke Ponpes mengalami kemacetan yang sangat parah, saya turun meninggalkan bis untuk mencari masjid. Adalah seorang bapak yang mau membonceng saya sampai masjid terdekat sehingga saya dapat shalat dan berdo’a. Setelah menunaikan kewajiban, saya berpikir bagaimana caranya agar saya dapat kembali ke Ponpes pada hari itu juga. Jadi teringat kata Ustadz Yusuf Mansur, “Berani, gak, ke pasar bawa daftar belanjaan tapi gak bawa duit?” Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mempertanyakan keimanan kita terhadap kekuasaan Allah. Jika Allah sudah berfirman, “Kun!” maka terjadilah. Saya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, berharap dapat menumpang pada pengendara kendaraan pribadi yang lewat. Saya sempat mencoba meminta truk berhenti, namun sepertinya mereka enggan. Ayat itu kembali saya baca. Subhanallah, tidak lama setelah itu ada truk yang menepi dan menawari tumpangan. Ternyata mereka adalah pengendara truk tadi. Mereka kembali! Ya, mereka kembali karena ayat itu.. Mereka adalah ‘tangan’ Allah yang dikirimkan kepada saya.
Tapi bagaimana jika Allah tidak juga mengulurkan ‘tangan-Nya’? Bukan berarti Allah tidak membantu. Allah tetap membantu hamba-Nya, namun tidak dengan cara manusia. Mungkin Allah membantu kita dengan cobaan, agar kita mendapat pengalaman ketika mengalami hal serupa di kemudian hari nanti. Cobaan memang tidak semanis nikmat, namun percayalah takdir-Nya adalah indah. Allah ingin menunjukkan sesuatu kepada kita yang lebih indah Jangan lelah meminta, dengan shalat dan sabar, wallahu a’lam..

Hidup Lebih Lama dengan Puasa



Pada kesempatan kali ini, saya ingin kembali mengingatkan kita semua tentang ajaran Allah mengenai puasa. Puasa adalah perisan, sabda Nabi.
Para pengamat bumi mencatat, bahwa sebuah meteor yang pernah jatuh menghantam bumi mengakibatkan punahnya zaman megazoikum, salah satu zaman di mana dinosaurus dapat bertahan hidup. Bisa kita renungkan bagaimana sosok dinosaurus yang sangat besar dapat dengan mudahnya dipunahkan hanya dengan sebuah meteor? Lantas bagaimana jika sebuah meteor kembali jatuh menghantam bumi di zaman kita sekarang ini?
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ath-Thur ayat 44, “Dan jika mereka melihat gumpalan-gumpalan awan yang berjatuhan dari langit, mereka berkata, ‘itu adalah awan yang bertumpuk.’“ Yang dimaksud dengan awan yang berjatuhan dari langit ini adalah meteor yang berupa besi. Ketika sebuah meteor jatuh menghantam bumi, debu-debu yang ada di bumi beterbangan, naik ke atmosfer, dan terjadilah asap global, “Tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas [QS. Ad-Dukhan: 24].”
Asap global memicu bakteri dan virus bertumbuh subur, sehingga mengganggu kestabilan kesehatan manusia, misalnya mata dan telinga meradang atau badan yang membengkak. Namun dalam buku Argomeddon 2, Wisnu Sasongko mengatakan bahwa asap global terjadi di bulan Ramadhan saat orang-orang yang beriman sedang berpuasa. Perlu kita ketahui bahwa dalam keadaan berpuasa, jumlah sel darah putih dalam tubuh meningkat, sehingga meningkat pulalah daya tahan tubuhnya. Maka ketika orang-orang yang tidak beriman merasa tersiksa dengan mata dan telinga yang meradang atau tubuh yang membengkak, orang-orang yang beriman hanya mengalami flu saja. Subhanallah.
Untuk itu, marilah kita berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa. Bukan hanya menjaga dari makan dan minum, tapi juga dari perbuatan mungkar lainnya. Tidak ada yang tau, ketika kita tidak berpuasa dengan benar, ternyata sebuah meteor jatuh menghantam bumi. Marilah kita kembali ke jalan yang lurus, shiratal mustaqiem, jalan yang diridhai Allah. Karena sangat mengerikan orang-orang yang berdosa menundukkan kepalanya di hadapan Allah seraya berkata, “Ya Allah, kami melihat, kami mendengar, makan kembalikanlah kami ke dunia karena kami akan berbuat amal shalih, sesungguhnya kami percaya.” Namun apalah arti sebuah penyesalan ketika ia terucap di akhir?

Jilbab: Pakaian Perang Terhebat

Terimakasih untuk Allah, yang menciptakan manusia dan saya dalam keadaan Islam 
Terimakasih untuk Bapak dan Ibu, yang memilihkan Islam sebagai agama saya 
Terimakasih untuk kota saya, yang tetap menjaga budaya dan agamanya 
Terimakasih, karena saya muslim



Seorang sahabat pernah bertanya,
"Apa pendapatmu tentang pergerakan kelompok hijaber saat ini?"
Saya menjawab,
"Jika itu baik, kenapa tidak?
Bukankah mereka menyeru kepada kebaikan?"
"Tapi cara berpakaian mereka tidak sesuai syariat Islam."
"Adakah seorang bayi yang baru lahir dapat berlari?
Menurut saya, mereka cukup baik dalam memperkenalkan hijab kepada yang awam.
Mereka tidak memaksa atau bersikap menggurui.
Sebaliknya, mereka mengemas hijab dengan kemasan menarik,
dengan tujuan dapat merebut hati yang awam.
Namun, ada saatnya mereka dan yang awam dapat mengenal hijab sebenarnya,
 hijab seorang muslimah,
 hijab yang diajarkan oleh Allah."
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.  (QS. An-Nuur [24]: 31)
Menurut Muhammad Nashiruddin Al Albany kriteria jilbab yang benar hendaklah menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak, jilbab bukan merupakan perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.


"Tapi saya belum siap..
Saya takut jika saya memakai jilbab,
Saya tidak bisa bermain basket lagi,
Saya tidak bisa berlatih karate lagi,
Saya tidak bisa bersepeda lagi,
dan lainnya..
Saya takut jilbab dapat membatasi kegiatan saya."
"Apakah kamu Islam?"
"Ya."
"Apakah kamu mengenal rukun iman?"
"Ya.
6 Rukun Iman, yaitu:
- Iman kepada Allah,
- Iman kepada malaikat-malaikat-Nya,
- Iman kepada kitab-kitab-Nya,
- Iman kepada para Rasul-Nya,
- Iman kepada hari akhir, dan
- Iman kepada qada' dan qadar."
"Lantas apakah kamu meragukan Allah?"
 "Tidak."
"Mungkin kamu meragukan kitab-kitab Allah.."
"Tentu saja tidak!"
"Lantas kenapa kamu masih belum siap menerima perintah Allah  
dalam kitab Al-Qur'an surat An-Nuur ayat 31 tadi?"
"Saya hanya belum siap.."
"Umur kamu sekarang berapa, teman?
Jika kita terus menunggu kamu berkata siap,
 maka kita tidak akan pernah sampai padanya
Bukankah lebih baik terpaksa masuk Surga
 daripada sukarela masuk neraka?"


Dengan berjilbab, kita menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh [perhiasan] kita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
Dengan berjilbab, kita membedakan diri dari orang kafir
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab :59)
Dengan berjilbab, kita melindungi tubuh kita perempuan dari pandangan syahwat manusia
 Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab :59)
Dengan berjilbab, kita menolong agama Allah [memperjuangkan syari'at Allah]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47]: 7)


***

Setiap manusia diciptakan dalam keadaan suci,
Bagai selembar kertas putih yang bersih
Saya yakin kita telah sering menjumpai kalimat seperti ini dalam banyak buku atau bacaan lain. Sebenarnya, kalimat ini merujuk dalam sebuah riwayat tentang kesaksian seorang hamba terhadap Allah.
Ketika sebuah kandungan berumur 4 bulan, Allah bertanya pada bayi dalam kandungan tersebut, "Bukankah aku ini Tuhanmu?" kemudian mereka menjawab, "Demikianlah."




Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raaf [7]: 172)

Orangtua adalah Guru Pertama

Orangtua dan orang-orang dalam rumah merupakan contoh pertama bagi anak-anak. Kita yang memiliki orangtua muslim patut bersyukur dan merasa beruntung, karena orangtua kita telah menyelamatkan kita dari ancaman Allah, dengan memilihkan Islam sebagai agama kita. Bayangkan jika kita dilahirkan dalam keluarga nonmuslim, apakah kita mampu mencari kebenaran seorang diri?





Bhinneka Tunggal Ika

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki beragam budaya di dalamnya. Tidak jarang yang mengadaptasikan agama Islam ke dalam budayanya sendiri sehingga mengalami perubahan. Padahal, Islam yang sebenarnya adalam Islam yang tidak mendapat pengaruh dari budaya sama sekali.

Lingkungan saya adalah salah satunya. Meski begitu, saya tetap beruntung karena lingkungan saya masih tetap memegang kuat etika luhur warisan Wali Songo. Merekalah yang membentuk cara saya memandang kehidupan.


terimakasih, karena menghargai saya sebagai muslim
didedikasikan untuk dia di
American University in Cairo 



Jika kita mengaku Islam, seharusnya kita memahami makna "laa ilaha illallah, muhammadar rasulullah", "tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah; sepatutnya kita mengerti makna mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; semestinya kita mengikuti amalan Nabi Muhammad sebagai kekasih Allah. Tapi kenapa kita lalai? 

Bahkan Allah telah mewahyukan Al-Qur'an kepada ummat Islam sebagai petunjuk kehidupan. Bukankah Al-Qur'an adalah perkataan Allah sang pencipta alam semesta, mengapa kita lalai? 

thinkerbelloon

Wahyu dari Cinta Kebebasan Yang Tersesat


Kaffah. Satu kata sifat yang dapat mencitakan bagaimana Allah membimbing saya menuju kebenaran-Nya. Ide yang sangat cantik dan berkesan bagi seorang hamba yang baru mengenal agamanya. Bagaimana tidak? Bukannya langsung mengajarkan kebenaran untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah lalu, Allah membiarkan saya larut dengan pikiran-pikiran liar tentang persepsi hidup. Membiarkan saya menciptakan paham-paham yang ternyata sangat menentang ajaran agama saya sendiri. membiarkan saya dalam kebingungan yang menyesatkan. Dan pada klimaks kebingungan itulah, Allah menunjukkan kepada saya bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Sehingga saya dapat dengan mudah untuk menerima wahyu-Nya.

Saya pernah memiliki banyak mimpi. Saya ingin mengelilingi dunia untuk menginjakkan kaki di tiap-tiap benua di dunia. Barangkali, saya dapat menemukan satu yang baru. Saya juga pernah ingin menjadi seorang tabib yang dapat menyembuhkan teman-teman saya yang sakit dengan cuma-cuma. Atau mungkin, saya ingin melepas semua unsur keduniawian saya agar saya dapat dengan bebas mempelajari tentang seni. Karena seorang intelek tidak pernah mengerti arti dari sebuah seni. Tapi itu semua hanyalah sebagai mimpi. Saya sekarang adalah seorang mahasiswi dengan materi studi Aqidah Filsafat.
Awalnya, saya mendapat mata kuliah Pengantar Filsafat dari Bapak Bukhary. Beliau memaparkan isme-isme dalam sudut pandang Barat. Dan saya menyukainya, memahaminya, mencintainya. Saya banyak membaca buku karangan para pemikir Barat. Mereka membahasakan pemahamannya dengan sangat indah, sehingga saya dapat menyerap seluruh pemahaman mereka. Hingga pada suatu saat di semester empat, pada mata kuliah Filsafat Etika, saya dipertemukan oleh mahasiswa-mahasiswi dengan sudut pandang yang sangat Islami. Saya sangat menyesalkan hal ini. Saya pikir, mereka sangat tertutup dan kolot dalam memahami agama Islam. Padahal, dalam Al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa agama Islam memegang sikap toleransi antar umat beragama. Yang membuat saya lebih kecewa adalah ketika salah satu di antara mereka meminta saya untuk kembali membaca dua kalimat syahadat. Astaghfirullah, memangnya apa yang telah saya lakukan? Untungnya, Dosen saya dapat mengerti arah pemikiran saya. Saya mencari kontak beliau di Facebook dan menanyakan pendapat beliau mengenai hal tersebut. Beliau berkata bahwa saya sudah cukup bagus, hanya saja teman-teman saya saja yang terlalu subjektif dalam memandang segala hal.
Usaha saya mencari pembelaan tidak cukup sampai disini. Beberapa hari kemudian, saat saya benar-benar kosong, saya memutuskan untuk memabaca sebuah novel karangan Adian Husaini yang berjudul “KEMI Cinta Kebebasan Yang Tersesat”. Subhanallah, ternyata pemahaman saya kemarin memang telah ditolak oleh MUI pada bulan Juli 2005, meski entah apa alasan mereka. Bapak Adian mengatakan secara tersirat bahwa para cendekiawan Barat memang sengat membungkus pemahaman salah mereka dengan menggunakan bahasa yang indah. Seperti yang tercakup dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 112 yang menjelaskan tentang kata-kata indah yang bertujuan untuk menipu, Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
Selama ini, saya terlalu bermimpi terhadap perdamaian antar umat beragama, sehingga saya sangat menentang orang-orang yang bersikap ‘benar sendiri’ menanggapi agama lain. Saya pikir, akan lebih baik menanggapi agama-agama manusia secara objektif karena agama lain pun mengajarkan kebenaran. Hanya saja, apa dan bagaimana mereka beragama itulah yang berbeda, intinya kita semua menuju pada Tuhan yang sama. Namun saya sangat salah. Kenyataannya, ketika saya memandang agama di luar peran saya sebagai muslim, berarti saya sudah keluar dari Islam. Lagi pula, sikap objektif saya bukanlah menerima semua pemikiran. Dengan memegang paham ini, saya akan menolak orang-orang yang berlainan paham dengan saya, yang berarti saya sudah tidak objektif. Paham saya ini merupakan paham baru yang menolak semua pemikiran. Paham Plural. Atheis. Astagfirullah.
Pengalaman ini tidak saya jadikan sebagai musibah. Melainkan, suatu wahyu dari Allah. Allah telah mengajari saya dengan kesalahan, kemudian menegur saya dengan kebenaran. Subhanallah. Allah seringkali menggunakan cara ini untuk mengajari saya tentang kebenaran-Nya. Dan karena itu, saya dapat melihat sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang Islam, melainkan juga dari sudut pandang lain. Alhamdulillah. :)

Manfaat Menjadi Orang Berkuasa

Pernahkan kamu berfikir untuk apa kamu lahir di dunia? Siapakah dirimu? Pernahkah kamu berpikir bagaimana diri kamu sebenarnya? Bagaimana keadaanmu sekarang jika keluargamu menjauhkanmu dari fitrah?


Saya sangat berterimakasih kepada Allah yang telah memilih saya sebagai seorang muslim, karena jika Allah tidak menghendaki, maka saya tidak akan menjadi seorang muslim.
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya 473. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk mendapat petunjuk), Niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. [QS. Al-An'am: 39]
Dan kepada keluarga saya yang tidak menjauhkan saya dari fitrah (kebenaran bawaan), sehingga sampai saat ini saya tetap pada fitrah saya. Tanpa Allah dan keluarga saya, saya tidak yakin dapat mencari kebenaran itu sendirian.


Sebagai pemeluk agama Islam, keluarga saya mengajarkan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Namun seiring dengan pertumbuhan fisik dan mental saya, naluri saya mengajukan banyak pertanyaan seputar agama saya, mulai tentang hukum sampai tentang Tuhan. Hal ini mendorong saya untuk lebih mendalami agama saya, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis saya. Semakin saya belajar, semakin banyak hal yang membuat saya bingung. Untuk apakah kita dilahirkan ke dunia?


Saya tahu bahwa kita semua diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada pencipta kita, melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku." [QS. Adz-Dzariyat: 56]
Namun apakah seluruh kehidupan kita akan kita habiskan dengan beribadah dan membiarkan mereka yang kehilangan fitrah mempertahankan keadaan dirinya? Bagaimana pun, Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang tidak memiliki manfaat. Bagi saya, keberadaan mereka adalah "semen" yang menguatkan keyakinan saya kepada-Nya. Karenanya, saya ingin dan berusaha untuk mengembalikan fitrah itu pada mereka sebagai rasa terimakasih. Meski saya tahu bahwa hasil ahirnya tetap berada pada kuasa Allah.
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong [415] dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu [416]; mereka merobah [417] perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. [QS. Al-Ma'idah: 41]
 Tentu saja dengan tetap memohon pada-Nya..


Namun apakah orang-orang dapat menerima kita apa adanya? Untuk apa menerima kita apa adanya jika masih banyak orang yang lebih baik dari kita? Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh seseorang yang bereputasi tinggi akan lebih besar jika dibandingkan dengan dia yang bereputasi rendah. Dengan kata lain, jika kita ingin orang lain "mendengarkan" kita, terlebih dahulu kita harus menjadi orang yang berpengaruh atau orang yang memiliki kuasa. Untuk menjadi seperti itu, kita harus belajar, berdo'a, dan tawakal.


Belajar tidak harus sampai ke negeri Cina. Untuk apa belajar sampai negeri tetangga jika tetap mencontek? Yang terpenting dalam belajar adalah proses dalam pembelajaran itu sendiri, adalah Ilmu bukan nilai.


Salah satu bukti konkret dari memiliki kekuasaan adalah Bapak Pramono, pemilik Ayam Bakar Mas Mono, karyawan Bapak Jody Brotosuseno, pemilik Waroeng Group. Bapak Pramono mewajibkan seluruh karyawannya untuk melibatkan Allah dalam setiap pekerjaan. Misalnya dengan shalat dhuha, membuka outlet dengan membaca shalawat, dan berdoa. Alasan beliau, "Sesungguhnya karyawan adalah amanah Allah SWT. Saya merasa berdosa sekali kalau karyawan saya tidak mengikuti ajaran Islam, tidak shalat Jumat, dan tidak menjalankan ibadahibadah yang lainnya."




Allah menciptakan kita semua untuk beribadah kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Salah satu bentuk ibadah adalah membela agama Allah. Untuk itu diperlukan kekuasaan dan kekuasaan yang hanya diperoleh setelah berusaha. Dan yang terpenting dalam berusaha adalah proses dalam usaha itu sendiri.


thinkerbelloon

Innallaha Ma Ana

4:45 | 10 Feb 2012, aku mendengar caci tentang statusku untuk yang pertama kali. Beliau berpendapat bahwa keberadaanku di ponpes tidak lain karena tidak ada pt mana pun yang dapat menerimaku, padahal aku hanya mendaftar pada salah satu pt.. Aku tidak marah sebab aku tahu beliau mengatakan hal itu dalam keadaan emosi. Yang aku sesali, bahwa beliau adalah salah seorang guru agama Islam di tempatnya. Seharusnya beliau dapat lebih sabar dalam menghadapi masalah.

Seperti yang aku katakan pada artikel Anak Kecil Baik Hati: "Seseorang melakukan kesalahan bukan karena dia sengaja, tetapi karena dia belum mengerti atau belum paham baik-buruk perbuatannya.", beliau pun sama. Mungkin beliau belum mengerti bahwa apa yang ada dan yang terjadi di alam ini atas kuasa Ilahi, sehingga berpikir bahwa kesalahan seseorang mutlak karena dirinya sendiri.

Semau terjadi atas kuasa-Nya. Keponakanku -selanjutnya sebagai K- menyembunyikan barang milik si guru -selanjutnya sebagai G-, G bertanya pada ibu K karena curiga pada K, kecurigaan G benar lalu mencaci K serta keluarganya termasuk aku.

Dengan perantara G karena kesalan K, Allah menegurku agar giat dalam mencari kebenaran-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..

Dari sini, aku dapat belajar agar tidak gegabah dalam memandang apa pun. Karena apa yang ada dan yang terjadi di alam ini adalah atas kuasa Allah. Dia tahu yang terbaik untuk kita meski kita tidak memintanya..


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Islamkah Kita?

Pagi ini terasa damai. Cuaca yang tidak panas dan semilir angin bertiup sepoi melepas penat selama 2 bulan terakhir. Saat ini, saya sedang duduk memandangi foto-foto pada saat masih hidup sebagai seorang anak manja yang bebas bergaul dengan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Saya merindukan masa-masa seperti itu terulang kembali. Tapi itu tidak boleh terjadi. Saya harus mengingat tujuan awal saya ada disini, di Pesantren.

Memang banyak hal seru yang dapat dilakukan di luar sana. Bebas melakukan kegiatan apa saja  yang menjadi minat saya, tidak terbatas untuk siapa kegiatan itu dianjurkan. Tapi sebenarnya adalah saya telah melanggar kodrat saya sebagai perempuan yang berkeyakinan Islam adalah agama yang paling benar. Kegiatan saya yang sama sekali jauh dari unsur keagamaan, mungkin karena saya tinggal di daerah dengan tingkat keagamaan menengah ke bawah, membuat saya makin tidak mengenal diri saya sendiri. Siapa saya? Untuk apa saya dilahirkan ke dunia? Kenapa saya perempuan? Hingga saya sampai di klimaks kebingungan saya sendiri, saya memutuskan untuk belajar agama di Pondok Pesantren.

Peralihan kegiatan yang sangat kontras tidak jarang membuat saya menangis. Banyak kegiatan yang tidak sejalan dengan kepribadian saya yang harus saya ikuti demi pergaulan saya disini. Banyak hal dikorbankan. Tapi saya harus bertahan. Saya mencari kebenaran!

Sebenarnya Allah, Tuhan semesta alam, sangat menyayangi saya. Dia memberi saya kesempatan merasakan kehidupan menyenangkan yang kemudian dengan kuasa-Nya, memberi hidayah pada saya, setidaknya itu yang teman saya katakan. Untuk selanjutnya, saya harap dapat bertahan sampai akhir, saya harap dapat menggadaikan semua dosa-dosa saya dengan belajar disini, Insya Allah. Aamiin..
thinkerbelloon

Mendalami Makna "Allahu Akbar"

Setiap dari kita pasti pernah merasakan rasa takut, khawatir, kecil hati, atau perasaan lainnya. Ini wajar, karena manusia dilahirkan dengan akal, pikiran, dan nafsu. Tapi tidak jarang akal, pikiran, dan nafsu tadi membawa berbagai masalah dalam kehidupan manusia, seperti yang terjadi pada saya baru-baru ini.

Dalam rangka memeriahkan hari raya Idul Adha 1432 H, asrama mengadakan perlombaan-perlombaan yang berlangsung dalam beberapa hari yang mewajibkan semester 1, termasuk saya, untuk berpartisipasi. Menyiapkan diri untuk turut serta di dalamnya tentu akan menyita banyak waktu. Sementara saya sebagai mahasiswa sedang mengemban sebuah tugas dari dosen yang harus segera diserahkan. Selain itu, saya juga harus mendesain beberapa hal untuk keperluan kelas dalam waktu dekat. Hmm, banyak sekali hal yang harus segera saya selesaikan hingga akhirnya sampailah pada waktu penyerahan tugas dari dosen saya yang ternyata belum dapat saya serahkan. Melalui sms, saya mengabarkan bahwa saya belum dapat menyelesaikan tugas saya, yang ternyata baru dosen saya baca saat akan memulai kuliah.

Dan pada saat kuliah, saya tidak datang karena terlambat. Peraturannya, lebih baik jangan masuk sama sekali jika sudah terlalu terlambat. Sepulang kuliah, teman sekelas saya memberi tahu saya bahwa dosen tadi marah pada saya. Saya merasa sangat bersalah, bukan karena ingin lepas dari tanggung jawab, tapi karena saya memang sangat kekurangan waktu.

Saya menceritakan hal ini pada senior saya. Dia adalah orang yang saya anggap paling bijak dalam memberi petuah. Dia menyuruh saya agar menemui beliau dan menjelaskan alasan yang membuat saya tidak menyerahkan tugas. Dia juga menyuruh saya agar mendoakan beliau agar mau memaafkan saya. Dan saya melakukannya esok harinya. Ternyata beliau memaafkan saya, Alhamdulillah..

Pelajaran yang dapat saya ambil adalah jangan pernah menjadikan tidur dan berpikir sebagai penyelesaian masalah, tetapi jadikanlah tidur dan berpikir sebagai bagian dari penyelesaian masalah. Sebab jika kita hanya tidur untuk lari dari masalah atau hanya memikirkan masalah tersebut, kita tidak akan pernah sampai pada titik akhir masalah itu sendiri.

Satu hal yang penting, kita jangan pernah takut atau kecil hati atau khawatir terhadap masalah. Kembalikan semuanya kepada Yang Kuasa, Tuhan semesta alam. Hanya Dia-lah yang patut kita takuti, bukan masalah yang Dia cobakan pada kita.
thinkerbelloon

Rahasia di Balik Rahasia

Memiliki 2 hari ulang tahun merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Hari ini terasa begitu aneh, tapi menyenangkan! Meski ada beberapa hal yang membuat saya tidak kuasa untuk tetap terlihat tegar.

Dimulai tanggal 23 Oktober, saya diusir dari kamar sebelah setelah saya merasa nyaman tinggal disana. Saya tidak terlalu memikirkannya, sebab saya pikir mungkin teman saya, Riski, ingin pindah ke kamar itu juga karena suatu alasan yang membuat saya mau tidak mau harus mengalah.

Kemudian pada jam 1:00 am tanggal 24 Oktober, salah satu teman saya membangunkan saya. Dia mengabarkan saya bahwa ada seseorang yang mengirim paket untuk saya. Saya yang masih setengah kaget, setengah ling-lung dan setengah cemas; tidak dapat berpikir hal lain selain segera menemui orang tersebut. Saya buru-buru memakai kerudung saya dan berhambur keluar kamar untuk segera menemui orang yang teman saya maksud. Tetapi ternyata orang itu sudah tidak lagi menunggu saya diluar, “Mungkin sudah pulang..”, pikir saya. Tiba-tiba ada seseorang yang menyorot saya dengan senter yang ternyata adalah petugas piket malam saat itu. “Sudah malam, ikan bobo..” “Sudah malam, balik!”, begitu katanya. Saya yang merasa tidak bersalah mencoba meyakinkan beliau bahwa ada seseorang disana yang sedang membawakan paket untuk saya, dan beliau percaya~

Pagi hari, saya menemui Kak Eni, peri kecil yang sangat cantik. Saya bermaksud untuk meminjam beberapa buku Filsafat miliknya, dan meminta beberapa file fotonya, hihi.. Dalam perjalanan, saya bertemu Kak Ida yang langsung menyelamati saya dengan cipika-cipika gitu deh

Saya datang lebih awal ke kampus karena hari itu adalah piket saya. Dan piket saya bersama Kak Ida. Saya senang dapat kembali dekat dengannya, karena saya pikir sudah lama sejak terakhir kali saya mengobrol dengannya.

Dan pada pembagian kelompok, saya dimasukkan dalam Depsyarda. Ibadah, yess.. Dan karena dalam kelas Depsyarda sudah penuh, saya disuruh masuk kelas E, bersama Kak Eni!

Selesai kegiatan siang itu, saya buru-buru pulang ke asrama karena ingin masuk kamar mandi lebih awal, malas jika harus mengantri dengan teman-teman yang sangat banyak itu. Saya mandi dan wudhu, karena waktu Ashar sudah hampir akhir. Selesai mandi, Nisa memanggil saya untuk mengobrol dengan mimik serius yang membuat saya ragu. Ternyata benar, begitu kita mulai mengobrol, “BYURR”, Ifah menyiram saya dengan air detergen. Whoaaa, saya sangat kesal mengingat saya sudah mandi dan wudhu

Dan malam, selesai shalat Isya di Mushalla, Kak Ida mengajak saya pulang bareng. Saya senang sekali. Tapi saya malu untuk berjalan berdua dengannya, jadi saya menolak dengan alasan saya tidak takut pulang sendiri..

Di kamar, saat ingin menyimpan Al-Qur’an, saya sangat kaget melihat lemari saya yang sangat berantakan. Whoaaa Ibu saya mengejek saya karena melihat lemari saya yang berantakan yang langsung saya rapihkan, dan sekarang? Ergh! Saya menangis

Awal yang terlalu indah untuk diakhiri dengan peristiwa menyebalkan. Tapi saya pikir, setiap sesuatu pasti memiliki hikmah, bukan? Mungkin dengan ini, saya dapat lebih perduli terhadap apa yang ada di sekitar saya. Tidak semua dari mereka menyebalkan, dan tidak sepenuhnya seseorang itu menyebalkan karena pasti dia memiliki rahasia di balik rahasia
thinkerbelloon