Innallaha Ma Ana

4:45 | 10 Feb 2012, aku mendengar caci tentang statusku untuk yang pertama kali. Beliau berpendapat bahwa keberadaanku di ponpes tidak lain karena tidak ada pt mana pun yang dapat menerimaku, padahal aku hanya mendaftar pada salah satu pt.. Aku tidak marah sebab aku tahu beliau mengatakan hal itu dalam keadaan emosi. Yang aku sesali, bahwa beliau adalah salah seorang guru agama Islam di tempatnya. Seharusnya beliau dapat lebih sabar dalam menghadapi masalah.

Seperti yang aku katakan pada artikel Anak Kecil Baik Hati: "Seseorang melakukan kesalahan bukan karena dia sengaja, tetapi karena dia belum mengerti atau belum paham baik-buruk perbuatannya.", beliau pun sama. Mungkin beliau belum mengerti bahwa apa yang ada dan yang terjadi di alam ini atas kuasa Ilahi, sehingga berpikir bahwa kesalahan seseorang mutlak karena dirinya sendiri.

Semau terjadi atas kuasa-Nya. Keponakanku -selanjutnya sebagai K- menyembunyikan barang milik si guru -selanjutnya sebagai G-, G bertanya pada ibu K karena curiga pada K, kecurigaan G benar lalu mencaci K serta keluarganya termasuk aku.

Dengan perantara G karena kesalan K, Allah menegurku agar giat dalam mencari kebenaran-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..

Dari sini, aku dapat belajar agar tidak gegabah dalam memandang apa pun. Karena apa yang ada dan yang terjadi di alam ini adalah atas kuasa Allah. Dia tahu yang terbaik untuk kita meski kita tidak memintanya..


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

0 Komentar at “Innallaha Ma Ana”

Posting Komentar