Goddess in Black: Aku mencintaimu, bahkan
sebelum waktu membawamu masuk ke dalam substansiku.
Aku mencintai kebijaksanaanmu di antara para jiwa yang haus kekuasaan.
Namun kau Purnama, tak ‘kan pernah dapat melihat serpihan Bintang yang
tersesat di angkasa..
Aku hanya dapat mengitari dan mengagumi keindahan sinarmu; yang selalu
ramah; yang memupuk cinta itu; yang membuatku makin merasa seperti serpih..
Kasih, aku mencintai hatimu.
Dan demi cinta, aku tak ingin menjadi penyebab dosamu.
Aku ingin dia tetap menjadi hati yang aku cintai.
Kasih, aku tersesat oleh
kebimbangan; antara menjaga kehormatanku sebagai Kesatria dengan cara menepati
janji, ataukah mengingkari sumpah suci demi mengabarkan padamu sebuah
kebenaran; antara menjaga hati seorang Silia yang merindukan kasih-sayang,
ataukah melindungi hatimu sebagai hati yang aku cintai?
Haruskah aku pergi untuk
menjaga keduanya?
Aku bukan seorang Dewi, Kasih.
Aku hanya seorang biasa yang ingin menjadi seorang Ksatria..
Black Angel: Aku benci saat aku yakin
bahwa seseorang adalah takdirku, kemudian dia hilang..
Dewi,
sampai kapan aku harus menunggu kemunculanmu sebagai suatu eksistensi yang
nyata?
Apakah
kau memang hanyalah suatu program yang diciptakan oleh seorang profesor tak
berperasaan—yang telah mengacau-balaukan sistem otakku
Goddess in Black: Sebab aku tak memiliki cinta.
Bukankah kau telah membawanya
pergi, Kasih?
Aku hanya ingin menjaga diriku
kini.
Untukmu.
Aku pun tak sanggup
terlalu lama meninggalkanmu.
Aku, diriku kini
mati.
Namun adakah
seseorang tersentak dari kematiannya?
Mereka disini pun
telah mati.
Tak ada yang tahu.
Black Angel: Adakah engkau masih
mendengar suaraku di sekitarmu, Dewi?
Ataukah cinta ini
telah lelah berdetak di pelukanku?
Aku ingin melihat
wajah yang belum pernah terlihat atau merengkuh bintang yang belum pernah
terekam memori teleskop..
Tapi kapan, Dewi?
Goddess in Black: Orang-orang bilang
bahwa aku adalah seorang Ksatria yang perkasa
Mereka hanya tidak
melihatku menangis mengingatmu di tengah malam..
Tak ingin menjadi
Randa yang kehilangan mimpi-mimpinya..
Tidakkah kau
mengerti, Kasih, tiap-tiap celah pada coretanku ini menyimpan ceritamu?
Tidakkah kau
mendengar namamu pada waktu yang menghembuskan ceritaku?
Kini, biarkan aku
berlayar ke angkasa
Biarkan aku
berpedar sebagai Dewi Bintang..
Aku hanya tidak
ingin mendahului waktu, Kasih
Aku ingin
menikmatinya
Merasakan hembusan angin membelai wajah, membiarkan rintik hujan
membasahi tubuh, atau memperhatikan daun-daun jati yang mulai terbangun dari
musim kemarau
Aku hanya ingin
menikmati tiap remah-remahnya
Aku tidak ingin
menodainya dan membawaku pada penyesalan..
Aku pergi bukan
untuk pengelana ini
Tapi karena kau,
Kasih, mengajariku untuk memiliki mimpi
Black Angel: Aku bukan penyair,
Dewi, pun seorang intelek
Aku hanya seorang Ksatria yang dapat menunggang kuda dan
memiliki pedang
Ajarkan aku untuk menjadi seorang yang pandai bermain
dengan kata-kata, jangan pergi..
Ajarkan aku untuk mencintai apa yang kau cinta, jangan lagi
Goddess in Black: Kasih, pernahkah
kau melepas pandanganmu dari layar kehidupanmu pada hamparan langit biru
berawan, atau gulungan ombak yang menyapu pesisir, dan mega jingga sebelum
matahari menyeruak celah jendela mengantar roh yang tersesat pada pemiliknya?
Jika kau menganggap
hal itu adalah hal bodoh, maka sungguh kau tak dapat mengenalku..
Black Angel: Aku
telah belajar menjadi pujangga, merangkai kata-kata indah seperti yang kau
lakukan
Aku telah belajar menjadi idealis, meyakini kisah kerajaan
atas awan atau kisah peri-peri
Aku telah belajar, Dewi, namun adakah kau perduli?
Aku bertanya pada burung-burung mengenai keberadaanmu,
mereka menyuruhku untuk mengikuti air yang mengalir..
Air membawaku pada laut yang bergejolak
Aku terombang-ambing kini
Goddess in Black: Dapatkah
kau melihatku, Kasih?
Teruslah berlayar melebur bersama ombak
Pada masanya nanti kau akan merasakan kehadiranku dalam
horizon substansi kita
Black Angel: Dewi, aku merasakanmu!
Kemarilah, akan
kuceritakan padamu kisah kerajaan awan
Biar kujadikan kau
Dewi di Kerajaan Timur dan aku Ksatria yang mencintaimu dari Kerajaan Barat..
Goddess in Black: Sudahkah
kau mengerti, Purnamaku?
Kau adalah angin, aku adalah air
Biarlah kau berhembus sebagai angin dan aku mengalir
sebagai air
Pada masanya nanti, angin dapat merubah dirinya sendiri
menjadi air
Black Angel: Dewi, aku melihat
Aurora terbang mengitariku, menyulam pakaian kebesaran untukku..
Tidakkah kau
melihatnya?
Goddess in Black: Aku pun melihatnya, Kasih..
Mata birunya berkilau
seperti saphire, pipinyaseranum rubi, dan sayapnya secantik kristal
Tidakkah kau
mencintainya?
Black Angel: Aku sangat mencintai horizon substansi kita, Dewiku,
pelebur segala warna..
Goddess in Black: Aku mencintainya
Black Angel: Dia menyatukan
warna kita
Goddess in Black: Tapi dia belum
dapat menyatukan kita
Black Angel: Tapi dia belum dapat menyatukan kita
Aku lelah, Dewi..
Goddess in Black: Kau mengajariku
untuk memiliki mimpi
Aku mengajari orang-orang terkasihku
Kemudian aku akan selalu mengingatmu
Tanpa mengotorinya dengan lumpur
kenistaan
Bukankah itu indah, Kasih?
Belumkah kau merasakanku, merasakan
cintaku?
Aku dapat menahan hasratku akan
kebutuhan jiwaku
Aku dapat mengubur amarahku akan
ketidakadilan, namun
Aku lelah terus mengharapkannya
sebagai yang mendapat hidayah
Apakah kau tersesat, Kasih?
Apakah gejolak lautan tak dapat kau
kalahkan, Ksatria?
Apakah kisah Purnama dan Gemintang
harus berhenti sampai disini?
Black Angel: Aku berjalan di
atas jejak kakimu
Aku berlayar bersama cintamu
Aku hanya lelah menghadirkanmu sebagai eksistensi yang
tidak nyata
Goddess in Black: Katakanlah bahwa awan sore ini
adalah biru
Aku akan membantahmu dengan mengatakannya abu..
Kita tak pernah sama, kita hanya makhluk yang dapat saling membaca
ucapan tak terkata Kita, sesungguhnya kita selalu berbicara, Kasih, dalam
diam..
Kita, kau dan aku adalah Purnama dan Bintang, saling mengisi tanpa
saling berkata
Karena tak ada kemengertian dalam diam, melainkan karena saling
mencinta
Masihkah kau dapat mendengar ucapan tak terkataku?
Ataukah kau telah membunuh cintaku?
Black Angel: Awan itu memang
biru, Dewi
Peri-peri Kerajaan Barat banyak menaburkan serbuk biru
tadi..
Goddess in Black: Lantas kau tak
menghitung berapa banyak peri-periku menaburkan serbuk merah dan hijaunya?
Black Angel: Aku tak lagi dapat
membacamu sebagai pantulan masa laluku
Goddess in Black: Aku kehilangan
diriku, Kasih
Black Angel: Aku menyerah
Goddess in Black: Haruskah aku
menyerah?
0 Komentar at “Surat Kecil”
Posting Komentar