Capung mengerti bahwa hidupnya sebatas cinta pertamanya. Dan
saat dia telah selesai dengannya, dia pun akan jatuh kaku. Sama seperti
kehidupan: tawa akan senantiasa menjadi latar kelahiran segala yang bernyawa;
dan tangis akan selalu menjadi musik pengiring berpindahnya ruh-ruh yang pernah
hidup ke alam yang berbeda. Aku mengerti itu semua. Sesungguhnya, orang-orang
yang menangis pada mayat belum mengerti mengenai makna hidup: segala sesuatu
menjadi ada karena ketiadaan; dan dia yang tidak menerima sebuah perpisahan,
tidak menghargai awal pertemuan itu sendiri. Aku telah banyak bertemu
orang-teman-kekasih, sama seperti aku kehilangan mereka. Dan saat Yang Tak
Terbatas meminta kembali pertemuan itu, aku telah cukup bijaksana untuk
menerima bahwa airmata tidak dapat ditukar dengan belas-kasih Tuhan. Hanya
saja, dia menjadi penyebab rasa sakit di dada. Maka aku berlari ke pantai untuk
menukar airmataku dengan airlautan. Karena aku tahu, laut kan mengembalikannya
saat fajar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Huahahaha
BalasHapus