A.
Rumusan
Masalah
Pada
bab ini, penulis menguraikan bagian mendasar seperti bunyi dan kata pada suatu
kalimat, sebelum akhirnya membahas pengertian wacana. Masalah-masalah tersebut
dapat disusun sebagai berikut:
1.
Beberapa
Pengertian di Berbagai Bagian
2.
Beberapa
Pengertian Mengenai Kalimat
3.
Beberapa
Pengertian Mengenai Wacana
B. Penyelesaian Masalah
1.
Beberapa
Pengertian di Berbagai Bagian
1.1.
Pengertian
Mengenai Tata Bunyi
1.
Fonem,
Alofon, dan Grafem
· Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau
mirip yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Contoh:
Pola
/pola/ : Bola
/bola/
Parang /paraɳ/ : Barang
/baraɳ/
Peras /paras/ : Beras /beras/
· Alofon adalah variasi dalam pelafalan fonem.
Macam
Alofon:
a)
Dilafalkan
secara lepas, ditulis [p]. Misalnya fonem /p/ yang berada pada awal kata ‘pola’.
b)
Dilafalkan
dengan keadaan bibir tertutup rapat, ditulis [p’]. Misalnya fonem /p/ yang
berada pada akhir kata ‘tutup’.
· Grafem adalah tiap huruf yang membentuk sebuah
kata.
Contoh:
‘Ladang’
memiliki 6 grafem, yaitu <l, a, d, a, n> dan <g>
‘Kursi’
memiliki 5 grafem , yaitu <k, u, r, s> dan <i>
2.
Gugus
dan Diftong
· Gugus adalah gabungan dua huruf konsonan atau
lebih dalam satu suku kata.
Contoh:
/kl-/
pada suku kata /kli-/ dan dalam kata /klinik/
/br-/
pada suku kata /-bral/ dan dalam kata /obral/
/ng-/ pada suku kata /-ɳa/
dan dalam kata /siɳa/
· Diftong adalah gabungan antara huruf vokal dengan salah satu huruf /w/
atau /y/ dalam satu suku kata.
Contoh:
/aw/ pada suku kata /law/ dan dalam kata
/kalaw/
/ay/ pada suku kata /lay/ dan dalam kata
/jablay/
3.
Fonotaktik
Fonotaktik adalah kaidah yang mengatur
penjejeran fonem suatu bahasa. Misalnya di Indonesia mengijinkan jejeran
/-rs/ sebagai kaidah untuk kata
‘bersih’; tapi tidak mengijinkan jejeran /-pk-/, /-mt-/, /-kb-/ dan /-pd-/.
1.2.
Pengertian Mengenai Pembentukan Kata
1.
Morfem, Alomorf, dan (Kata) Dasar
· Morfem adalah bentuk terkecil suatu kata yang tidak dapat diuraikan
menjadi bagian yang lebih kecil.
Contoh:
Memperbesar.
mem-perbesar.
per-besar
Macam Morfem:
a)
Morfem Terikat adalah bentuk yang melekat
pada bentuk lain agar memiliki makna; seperti mem- dan per-.
b)
Morfem Bebas adalah bentuk yang ketika
berdiri sendiri sudah memiliki makna; seperti besar.
· Alomorf adalah anggota satu morfem yang bentuknya beda tetapi memiliki
fungsi dan makna yang sama.
Contoh:
Bentuk
mem- pada membawa.
Bentuk men- pada mendapat.
· Kata Dasar adalah dasar untuk membentuk kata lain. Kata yang diturunkan dari
dasar tertentu juga dapat menjadi dasar pembentukan kata turunan yang lain.
Contoh:
duduk
→ menduduki → pendudukan
darat
→ mendarat → pendaratan
temu
→ bertemu → pertemuan
2.
Analogi
Analogi adalah kata yang dibentuk
berdasarkan pola suatu kata dasar yang sudah ada, tanpa memperhatikan
ketersediaan kata turunan yang menjadi cikal-bakal kata itu sendiri.
Contoh:
‘Pegolf’, ‘Pehoki’, dan ‘Pecatur’ berdasarkan
pola ‘Pegulat’.
‘Petatar’, ‘Pesuluh’, dan ‘Pesapa’
berdasarkan pola ‘Pesuruh’.
3.
Proses Morfofonemis
Proses Morfofonemis adalah proses
perubahan bentuk fonem atau morfem saat digabungkan. Misalnya proses perubahan
bentuk meng- menjadi mem-, men-, meny, menge-, dan me-.
4.
Afiks, Prefiks, Sufiks, Infiks, dan
Konfiks
· Afiks (imbuhan) adalah morfem terikat yang digunakan untuk menurunkan kata.
· Prefiks (awalan) adalah afiks yang berada pada bagian awal suatu kata dasar.
· Sufiks (akhiran) adalah afiks yang berada pada bagian akhir suatu kata dasar.
· Infiks (sisipan) adalah afiks yang disisipkan pada bagian tengah kata dasar.
· Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan secara
bersamaan.
Contoh:
ber--an pada berdatangan
= konfiks.
ber--an pada berhalangan
≠ konfiks, karena berasal dari kata dasar halang, yang diberi sufiks –an menjadi halangan, kemudian diberi prefiks
ber- menjadi berhalangan.
5.
Verba Transitif dan Tak Transitif
· Verba Transitif adalah verba yang mengenal oposisi aktif (melihat dari sudut
pelaku atau penyebab peristiwa) dan pasif (melihat dari sudut maujud yang
dikenai oleh pelaku atau penyebab peristiwa itu).
a)
Ekatransitif atau Monotransitif adalah
verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara 2 maujud.
Contoh:
Kalimat aktif: Ayah menyayangi Bunda.
Kalimat pasif: Bunda disayangi Ayah.
b)
Dwitransitif atau Bitransitif adalah verba
transitif yang mengungkapkan hubungan antara 3 maujud.
Contoh:
Dia memberi Febri hadiah.
Keterangan:
Dia →
Maujud pertama.
Febri → Maujud kedua.
Hadiah → Maujud ketiga, namun hanya
sebagai pelengkap.
· Verba Tak
Transitif adalah verba yang tidak mengenal oposisi
aktif dan pasif.
a)
Taktransitif adalah verba yang tidak dapat
berobjek atau berpelengkap. Misalnya duduk,
bercukur, tertawa, dan membisu;
atau ungkapan tetap seperti menarik hati,
berjalan kaki, membanting tulang, dan
mencolok mata.
b)
Semitransitif adalah verba yang
menghubungkan 2 maujud, namun hanya memiliki 1 sudut pandang, yaitu pada sumber
peristiwa.
Contoh:
Kita berasaskan Pancasila.
*Pancasila kita perasaskan.
Keterangan:
Kita →
Maujud pertama sebagai sumber peristiwa.
Pancasila → Maujud kedua sebagai pelengkap
c)
Transitif-Taktransitif adalah verba
yang dapat tidak menyertakan objek pada bentuk aktifnya.
Contoh:
Tono sedang mengetik tutorial.
(Transitif aktif)
Tono sedang mengetik.
(Tansitif-Taktransitif)
2.
Beberapa Pengertian Mengenai
Kalimat
2.1.
Kategori dan Fungsi
1.
Kategori
Kategori kata adalah sekelompok kata yang
antar bentuk dan perilakunya memiliki kesamaan atau kemiripan.
Macam kategori kata:
· Verba atau Kata kerja
· Nomina atau Kata benda
· Adjektiva atau Kata sifat
· Adverbia (Contoh: Sangat, telah)
· Kata tugas, yaitu:
a)
Preposisi
atau Kata depan
b)
Konjungsi atau Kata sambung
c)
Partikel
Frasa adalah perkembangan dari suatu kategori kata yang membentuk
kata baru.
Macam frasa:
· Frasa Nominal, yaitu frasa yang dikembangkan dengan adjektiva
nomina lain, atau kategori lain. (Contoh: Sekolah → Gedung sekolah, sekolah
baru, gedung yang bagus itu).
· Frasa Verba, yaitu verba yang dikembangkan dengan adverbia.
(Contoh: Makan → Telah
makan).
· Frasa Adjektival, yaitu adjektiva yang yang dikembangkan dengan
adverbia. (Contoh: Manis → Sangat manis).
· Frasa Proporsional, yaitu proposisi yang diikuti kata atau frasa
lain.
2.
Fungsi
Setiap kata atau frasa dalam kalimat
mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam
kalimat tersebut. Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan
kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam kalimat adalah
predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Di samping itu ada fungsi
lain seperti atriibutuf (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan
secara setara) dan subordinatif (yang menerangkan secara bertingkat).
2.2.
Macam Kalimat
1.
Kalimat dari Segi Bentuk
· Kalimat Tunggal adalah kalimat yang memiliki 1 proposisi dan 1
predikat, atau dianggap 1 karena merupakan predikat majemuk (Contoh: Dia
bekerja di Bank; Mereka makan dan minum di kedai itu).
· Kalimat Majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari 1
proposisi dan paling sedikit 2 predikat, sehingga selalu berwujud 2 klausa atau
lebih.
a)
Kalimat majemuk setara adalah kalimat
majemuk yang hubungan antar klausanya menyatakan hubungan koordinatif.
Contoh:
Dia pergi dan istrinya mulai menangis.
Saya mau, tetapi dia menolak.
Kita pergi sekarang atau tidak sama sekali.
b)
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat
majemuk yang hubungan antar klausanya menyatakan hubungan subordinatif; yakni
yang satu merupakan induk sedang yang lain merupakan keterangan tambahan.
Contoh:
Dia pergi sebelum istrinya menangis.
Saya mau meskipun dia menolak.
Peserta yang nilainya rendah harus diuji lagi.
2.
Kalimat dari Segi Makna
a)
Kalimat Deklaratif atau Kalimat berita
b)
Kalimat Introgatif atau Kalimat tanya
c)
Kalimat Imperatif atau Kalimat perintah
d)
Kalimat Ekslamatif atau Kalimat seruan → Mengungkapkan perasaan keheranan atau kekaguman. (Contoh:
Alangkah indahnya pemandangan di
danau ini; Bukan main ramainya
Jakarta sekarang)
e)
Kalimat Emfatik atau Kalimat penegas → Memberikan penegasan khusus terhadap pokok pembicaraan.
3.
Beberapa Pengertian Mengenai Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu.
3.1.
Kohesi dan Koherensi
1.
Kohesi
Kohesi adalah perpautan bentuk
antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
Contoh:
Pak Ali pergi ke kota naik bus PPD.
Ia pergi membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, maka harga sepatu buatan
dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu harganya lima belas
ribu rupiah.
2.
Koherensi
Koherensi adalah perpautan makna
antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Dalam koherensi, seringkali
terdapat kohensi pada susunannya, tetapi tidak harus mengandung kohesi agar
maknanya menjadi koherensi.
Contoh:
D: “Bu, tolong jawab teleponnya.”
M: “Aduh, saya lagi tanggung.”
3.2.
Deiksis
Deiksis adalah gejala semantis yang
terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan
memperhitungkan situasi pembicaraan.
Contoh:
Kita harus berangkat sekarang
→ merujuk pada jam atau menit.
Sekarang,
harga barang serba naik →
mungkin minggu lalu sampai hari ini.
Sekarang, pemalsuan
barang terjadi dimana-mana → mungkin berbulan-bulan lalu sampai sekarang.
3.3.
Anafora
Anafora adalah kata yang berfungsi sebagai
kata ganti suatu hal atau kata yang sudah dinyatakan sebelumnya.
Contoh:
۩. Kak Kiki belum menikah, padahal
umurnya sudah kepala tiga.
۩. Vio sekolah SD sejak tahun 2009.
Waktu itu Alex baru berumur 4 tahun. Dia masih duduk di bangku Taman
Kanak-kanak.
۩. Indonesia adalah negara
kepulauan. Di sana terdapat banyak suku bangsa. Mereka hidup rukun meski dalam perbedaan budaya.
0 Komentar at “Bunyi, Kata, Kalimat dan Wacana”
Posting Komentar