Catatan Pagi Hari

Warga langit nampaknya berpesta semalaman. Sisa-sisa arak menguap membentuk awan abu, dan nafas Malaikat Israfil mengalir lembut membelai wajah. Matahari kian menanjak, tapi dia enggan mengusik nyanyian alam. Betapa harmoni antara cicitan burung jantan yang mencoba mencuri perhatian si jelita yang tersipu, kemudian mengembangkan sayapnya; bagaimana capung-capung terbang rendah membasahi tubuhnya dengan bulir embun yang menempel pada ilalang, kemudian secara tiba-tiba terbang tinggi serentak, membentuk pusaran dengan pola tertentu sekedar mengeringkan tubuh; atau gerombolan semut hitam yang berbaris menyapa rerumputan.

Di sebelah utaraku, tumbuh rindang pepohonan jati membelah kabut. Rumah bagi para tupai yang gemar melompati dedahanan, surga bagi peri-peri kecil yang bersembunyi di balik seka jamur yang mengembang, atau sekedar tempat nyaman bagi mereka yang mencari ketenangan dari kesibukan duniawi. Tempat yang cukup banyak menyimpan rahasia.

Di sebelah selatanku, berdiri angkuh gedung putih sang saksi bisu rutinitas pesantren. Sekolah bagi para tolabul 'ilmi yang mencari kebenaran, atau sekedar mecari gelar.

Pagi ini tidak akan pernah sama lagi.

0 Komentar at “Catatan Pagi Hari”

Posting Komentar