Aku duduk tanpa mengerti bahasa mereka. Menerka apa yang mereka coba bicarakan. Dan tiap kali makin membawaku jauh pada lorong - lorong gelap. Keterasinganku di kota orang, menemui siapapun yang belum pernah aku temui, mendengar suara yang belum pernah kudengar.
Aku duduk tanpa mengerti bahasa mereka. Menelisik topeng - topeng kemanusiaan tanpa dapat membacanya. Sebab topeng - topeng itu selalu mewajahkan orang yang berbeda. Yang dengannya, aku harus berbicara mengenai beberapa hal yang mungkin tidak aku mengerti.
Aku duduk tanpa mengerti bahasa mereka. Mengasingkan diriku dari riuh ramai orang - orang berbagai kalangan, kota dan karakter. Aku lebih senang menanti senja sambil lalu bercengkrama dengan anak - anak matahari, atau mendengarkan nyanyian angin sore.
Aku duduk tanpa mengerti bahasa mereka. Suatu waktu, mereka mentertawakanku, tapi aku tidak mengerti bahasa mereka. Aku sibuk berbicara pada jiwaku sendiri. Berbicara menggunakan bahasaku sendiri.
Aku duduk tanpa mengerti bahasa mereka. Tapi aku mengerti bahasa jiwaku. Dan aku tidak menyuruhmu untuk berbicara menggunakan bahasaku. Sebab aku hanya aku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar at “Belahan Jiwa”
Posting Komentar