Jilbab: Pakaian Perang Terhebat

Terimakasih untuk Allah, yang menciptakan manusia dan saya dalam keadaan Islam 
Terimakasih untuk Bapak dan Ibu, yang memilihkan Islam sebagai agama saya 
Terimakasih untuk kota saya, yang tetap menjaga budaya dan agamanya 
Terimakasih, karena saya muslim



Seorang sahabat pernah bertanya,
"Apa pendapatmu tentang pergerakan kelompok hijaber saat ini?"
Saya menjawab,
"Jika itu baik, kenapa tidak?
Bukankah mereka menyeru kepada kebaikan?"
"Tapi cara berpakaian mereka tidak sesuai syariat Islam."
"Adakah seorang bayi yang baru lahir dapat berlari?
Menurut saya, mereka cukup baik dalam memperkenalkan hijab kepada yang awam.
Mereka tidak memaksa atau bersikap menggurui.
Sebaliknya, mereka mengemas hijab dengan kemasan menarik,
dengan tujuan dapat merebut hati yang awam.
Namun, ada saatnya mereka dan yang awam dapat mengenal hijab sebenarnya,
 hijab seorang muslimah,
 hijab yang diajarkan oleh Allah."
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.  (QS. An-Nuur [24]: 31)
Menurut Muhammad Nashiruddin Al Albany kriteria jilbab yang benar hendaklah menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak, jilbab bukan merupakan perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.


"Tapi saya belum siap..
Saya takut jika saya memakai jilbab,
Saya tidak bisa bermain basket lagi,
Saya tidak bisa berlatih karate lagi,
Saya tidak bisa bersepeda lagi,
dan lainnya..
Saya takut jilbab dapat membatasi kegiatan saya."
"Apakah kamu Islam?"
"Ya."
"Apakah kamu mengenal rukun iman?"
"Ya.
6 Rukun Iman, yaitu:
- Iman kepada Allah,
- Iman kepada malaikat-malaikat-Nya,
- Iman kepada kitab-kitab-Nya,
- Iman kepada para Rasul-Nya,
- Iman kepada hari akhir, dan
- Iman kepada qada' dan qadar."
"Lantas apakah kamu meragukan Allah?"
 "Tidak."
"Mungkin kamu meragukan kitab-kitab Allah.."
"Tentu saja tidak!"
"Lantas kenapa kamu masih belum siap menerima perintah Allah  
dalam kitab Al-Qur'an surat An-Nuur ayat 31 tadi?"
"Saya hanya belum siap.."
"Umur kamu sekarang berapa, teman?
Jika kita terus menunggu kamu berkata siap,
 maka kita tidak akan pernah sampai padanya
Bukankah lebih baik terpaksa masuk Surga
 daripada sukarela masuk neraka?"


Dengan berjilbab, kita menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh [perhiasan] kita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
Dengan berjilbab, kita membedakan diri dari orang kafir
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab :59)
Dengan berjilbab, kita melindungi tubuh kita perempuan dari pandangan syahwat manusia
 Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab :59)
Dengan berjilbab, kita menolong agama Allah [memperjuangkan syari'at Allah]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47]: 7)


***

Setiap manusia diciptakan dalam keadaan suci,
Bagai selembar kertas putih yang bersih
Saya yakin kita telah sering menjumpai kalimat seperti ini dalam banyak buku atau bacaan lain. Sebenarnya, kalimat ini merujuk dalam sebuah riwayat tentang kesaksian seorang hamba terhadap Allah.
Ketika sebuah kandungan berumur 4 bulan, Allah bertanya pada bayi dalam kandungan tersebut, "Bukankah aku ini Tuhanmu?" kemudian mereka menjawab, "Demikianlah."




Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raaf [7]: 172)

Orangtua adalah Guru Pertama

Orangtua dan orang-orang dalam rumah merupakan contoh pertama bagi anak-anak. Kita yang memiliki orangtua muslim patut bersyukur dan merasa beruntung, karena orangtua kita telah menyelamatkan kita dari ancaman Allah, dengan memilihkan Islam sebagai agama kita. Bayangkan jika kita dilahirkan dalam keluarga nonmuslim, apakah kita mampu mencari kebenaran seorang diri?





Bhinneka Tunggal Ika

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki beragam budaya di dalamnya. Tidak jarang yang mengadaptasikan agama Islam ke dalam budayanya sendiri sehingga mengalami perubahan. Padahal, Islam yang sebenarnya adalam Islam yang tidak mendapat pengaruh dari budaya sama sekali.

Lingkungan saya adalah salah satunya. Meski begitu, saya tetap beruntung karena lingkungan saya masih tetap memegang kuat etika luhur warisan Wali Songo. Merekalah yang membentuk cara saya memandang kehidupan.


terimakasih, karena menghargai saya sebagai muslim
didedikasikan untuk dia di
American University in Cairo 



Jika kita mengaku Islam, seharusnya kita memahami makna "laa ilaha illallah, muhammadar rasulullah", "tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah; sepatutnya kita mengerti makna mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; semestinya kita mengikuti amalan Nabi Muhammad sebagai kekasih Allah. Tapi kenapa kita lalai? 

Bahkan Allah telah mewahyukan Al-Qur'an kepada ummat Islam sebagai petunjuk kehidupan. Bukankah Al-Qur'an adalah perkataan Allah sang pencipta alam semesta, mengapa kita lalai? 

thinkerbelloon

4 Komentar:

Pembaca yang baik selalu meninggalkan kesan :]