Harmoni Lamunan Siang Hari

Tepat dua jam sebelum matahari menyembunyikan bayang-bayang, sebelum umat Muhammad diharamkan shalat untuk sementara waktu. Orang-orang sibuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Hanya capung, kupu, dan burung kecil yang mengisi kesenyapan dengan harmoni pergerakan mereka. Berkicau, terbang hilir mudik menampilkan opera lamunan kaum minoritas seperti kita yang tetap berusaha hidup di antara orang-orang mati, tenggelam arus keduniaan.
Orang-orang itu telah mati, Kasih, mereka tidak pernah berusaha untuk menyibak benang-benang kepompong yang mengikat jiwa. Namun adakah orang mati dapat tersentak dari kematiannya, melainkan atas rahmat Allah kepada Isa? Mereka menikmati ketidaktahuan, sementara aku mengutuk keseimbangan antara ketidak-beraturan dan keteraturan yang ditangkap retina mataku, serta keperihan mendalam yang dirasakan jiwaku. Qutila al-insaanu maa akfarah? Bukankah hanya dari birahi dua insan yang kehilangan akal dan perasaan?
Satu burung kecil jatuh lagi, Kasih. Mati demi memenuhi harapan manusia atas nama kepuasan. Dan aku menyaksikan itu semua tanpa bisa melakukan apa-apa.

0 Komentar at “Harmoni Lamunan Siang Hari”

Posting Komentar