Gelembung udara
mengangkatku meninggalkan para plankton berwarna hijau di dasar laut, membawaku
mengapung di atas permukaan biru lautan Kerajaan Seribu Pulau dimana aku
dilahirkan oleh ibuku. Aku perlahan lahir sebagai seorang kerdil yang melihat
segala sesuatu terlihat begitu besar: aku melihat rakyat semut sedang mengisahkan
kebaikan Nuh yang pernah menampung leluhur mereka dalam kapal besar saat Allah
menguji masanya dengan banjir, aku mendengar isak tangis lautan yang dipaksa
menelan beragam limbah buatan manusia, aku mencium kepedihan nafas angin yang
diracuni oleh asap beracun ulah mesin raksasa di dunia. Aku melihat itu semua saat
penglihatan orang-orang dikuasai oleh mata hubbu al-dunyaa.
Aku tumbuh
bersama teman-teman sebayaku yang berbeda. Aku seorang perempuan kecil yang
memakai rok, sementara teman-temanku adalah lelaki tinggi yang memakai celana.
Aku masih memandang itu semua dengan mataku sendiri karena aku masih mengingat
duniaku sebelum ibuku melahirkanku kesini, aku memandang teman-temanku dan
diriku sebagai peri-peri kecil yang terbang memenuhi langit Kerajaan Ruh. Aku
tidak memandangnya dengan pandangan mata orang dewasa sebagai sebuah kesalahan.
Namun ketika peri waktu mengubahku menjadi seorang ksatria, aku mulai memerangi
teman-temanku dan mereka semua, kemudian membangun duniaku sendiri. Aku tidak
pernah mengerti mengapa aku terlahir dengan sangat aneh seperti apa yang
dikatakan oleh mata mereka. Aku tidak pernah mengetahui apa yang telah didoakan
oleh ibuku semasa dia merawatku dalam kantung rahimnya. Apakah dia benar-benar
menginginkan kelahiranku, ataukah dia hanya terpaksa menangkap sperma ayahku
dalam ovumnya. Aku hanya memahami bahwa aku terlalu beda untuk disandingkan
bersama kakak-kakakku.
Hari ini, aku
berumur sembilanbelas. Aku meninggalkan duniaku dan memilih terbang ke langit
untuk mencari Kerajaan Langit. Aku diajarkan untuk menjadi seorang dewi anggun
yang dilahirkan untuk menempati istana kristal di langit. Di sini, kami memakan
upelkuchen yang akan membuatmu tumbuh bagai seorang dewi dan melupakan
masa lalu di duniamu. Aku tidak lagi dapat melihat perbincangan rakyat semut,
tidak lagi mendengar isak tangis lautan, pun mencium kepedihan nafas angin. Aku
sama-sekali melihat dunia dengan sangat kecil. Namun aku bukan dewi, Kasih, aku
adalah seorang ksatria yang ingin mengalir bersama waktu. Aku tidak pernah
sepenuhnya menjadi seorang dewi anggun berjubah hitam, aku tidak memiliki sayap
namun memilih tinggal di Kerajaan Langit. Aku jatuh kini.
Aku kembali ke
bumi setelah aku menemukan sebotol jus apel yang menyuruhku untuk meminum
dirinya, sebotol pishsalver dari Ratu Putih di Marmorial. Ratu Putih
kemudian memilihku untuk menjadi ksatrianya dalam melawan ksatria pilihan Ratu
Merah. Namun aku tidak sendiri, Kasih, Ratuku memberiku teman yang tidak pernah
kutemui sebelumnya dalam duniaku. Dia akan membohongimu untuk membuatmu tetap
berjalan menghadapi Jabberwocky, seekor naga raksasa dengan sayap
berduri yang menjadi ksatria pilihan Ratu Merah; dia akan memilih jalan yang
kau pilih untuk membuatmu tetap menjadi dirimu sendiri; dia akan tetap
mendengar keluh-kesah darimu untuk membuatmu mendapatkan senyum kemenangan. Dia
adalah Ksatria Biru.
“Izinkan aku
untuk menjadi ksatriamu, wahai Ratuku. Api harus menjadi biru untuk
menghentikan perang ini,” ujar Ksatria Biru.
“Tidak. Akulah
dingin yang dapat membekukan api Jabberwocky. Cahayaku cukup untuk
memeluk amarahnya. Biarkan aku menghadapinya sebagai ksatriamu, Ratu Putih,”
Ksatria Purnama membungkukkan punggungnya.
“Kalian terlalu
bodoh untuk menghadapi Ratu Merah dengan kekuatan! Izinkan aku, wahai Ratuku,
untuk mencintai Ratu Merah dan menawan hatinya untuk menyelesaikan perang ini.
Sungguh, aku sangat mencintai warna merah,” Ksatria Merah maju dengan angkuh di
hadapan rakyat Marmorial.
“Bagaimana kita
dapat menguasai peperangan jika masing-masing ksatria pun dikuasai hasrat
kemenangan? Biarkan Ratu kita meleburkan kita dalam satu kekuatan Pedang Vorpal
untuk menghancurkan musuk kita, biarlah kita menjadi cahaya api yang mencintai
Ratu Merah dan menawan hatinya, biarlah Sang Terpilih yang memenggal leher Jabbaerwocky.
Mari kita sinari merah dengan putih kemenangan!” titah Ksatria Jomblo menguasai
pikiran rakyat Marmorial.
“Ya, kau benar,
Kasih. Hanya Sang Terpilihlah yang dapat memenggal leher ksatria pilihan Ratu
Merah, dan Ratu telah memilihku. Biarkan aku memeluk kalian dalam kekuatan
Pedang Vorpal,” Aku menuntun kudaku mendampingi Ratu Putih.
Kasih, bagaimana
bisa seorang terpilih menolak takdirnya untuk menjadi yang terpilih? Nuh pun
tak kuasa menentang takdir Allah ketika anaknya ditenggelamkan oleh banjir pada
masanya. Ratu Putih telah memilihku sebagai ksatrianya untuk mengakhiri perang
ini, takdir telah mentitahku untuk mengalahkan kekejaman Ratu Merah dan
menaburi dunia dengan serbuk kasih sayang, dan aku adalah Sang Terpilih.
“Kau tak perlu
menjadi raksasa untuk memiliki keberanian sebesar Jabberwocky,” Ksatria
Biru membelai rambutku, “Kau hanya perlu untuk percaya pada kekuatan
dirimu.”
“Kadang aku
mengharapkan dirimu senyata aku melihatmu saat ini,” harapku.
“Apakah kau
menganggapku sebagai bayang-bayang yang memenuhi malammu?”
“Aku takut kau
memang hanyalah seperti itu,” aku mengalihkan pandanganku pada Jabberwocky,
“Namun aku mempercayaimu seperti kepercayaan Khatijah terhadap keajaiban
pertama yang diterima oleh Muhammad. Aku percaya bahwa kau adalah nyata
sebagaimana harapan kita untuk menghapus warna merah.”
Dan kami pun
mendapatkan harapan kami.
Ksatria Jomblo :(
BalasHapusTeteeeeehh.. Watashi wa anata ga misu totemo totemo totemo pokonya! XD haha :p
BalasHapusLieur kaka bacanya loading heula "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
BalasHapusPunapa saged loading? Tulisanipun mboten endah, nggih? XD
BalasHapuslun kada tau e,,, piyan punya tulisan bagus banar !!
BalasHapusMatur sembah nuwun..
Hapus