Di bawah pohon yang rindang, di suatu lembah pegunungan, seorang pengelana sedang beristirahat ditemani anak - anak serigala yang bermain dengan riang.
Pandangannya tertuju pada lukisan awan - awan putih berkanvaskan langit biru nan luas. Dia mendesahkan nafas yang berkumpul dalam paru - parunya seraya tersenyum, senyum yang dapat melunakkan hati yang keras. Rasa letih setelah perjalanan panjangnya kini menjelma menjadi nyanyian sayup memabukkan yang diiringi desiran angin.
Tidak lama, peri - peri langit menaburi awan putih dengan bubuk jingga kemerahan, dan dengannya menyelimuti matahari yang tertidur. Bayang - bayang dedaunan pohon jatuh meneduhi wajah pengelana itu. Dia tidak menyadari adanya bahaya disekelilingnya, ancaman anak - anak serigala di bawah rembulan.
Di tepian sungai yang deras, di seberang tempat pengelana itu, berdiri seekor angsa putih yang tersesat. Dia hendak mengaliri tenggorokannya dengan air, sebelum ahirnya melihat pengelana yang tengah berlayar dalam lautan mimpinya.
"Sungguh pemuda yang malang."
"Jiwanya meninggalkan tubuhnya yang kini dalam ancaman anak serigala yang lapar."
Rasa iba angsa itu melahirkan rasa yang lebih dalam. Dia menyadari rasa cintanya pada sang pengelana mulai tumbuh, dia harus menyelamatkan tubuh dan jiwa pengelana itu. Saat kakinya menyusuri aliran deras sungai, dia sadar bahwa dirinya hanyalah seekor angsa. Dia memundurkan kakinya, tetapi tidak dapat menahan air matanya yang mulai jatuh, dan mulai menyenandungkan ratapannya.
"Tuhan yang menghidupkan cinta di dalam hati, kutukan apa yang tengah kau limpahkan padaku?"
"Aku telah mencintai tubuh yang salah, aku mencintai seorang manusia yang tubuhnya kini terancam kematian."
"Oh, roh dalam hutan yang pernah hidup.. Aku hanyalah seekor angsa tak berdaya di hadapan anak - anak serigala yang lapar, tetapi aku mencintai mangsa yang akan mereka makan.."
Angsa itu meninggalkan tempatnya semula berdiri, dia menjauh menelusuri kegelapan hutan yang pekat. Setelah sekian jauhnya, di dalam suasana kudus, dia larut dalam permohonan. Dia mendoakan keselamatan sang pengelana demi cintanya. Dia berharap dapat betemu kembali dengannya kelak, dalam tubuh yang sama, tanpa perbedaan..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar at “Angsa Yang Tersesat”
Posting Komentar