Hindari Perdebatan

Manusia adalah mahluk paling sempurna di antara mahluk ciptaan-Nya yang lain karena manusia dikaruniai akal dan pikiran yang digunakan untuk membedakan mana yang baik, mana yang tidak; mana yang benar, mana yang tidak; dan mana yang, penting, mana yang tidak. Didasari oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, pola pikir tiap manusia pasti berbeda satu sama lain. Berawal dari perbedaan pola pikir, muncullah pendapat - pendapat sebagai hasil pemikiran tiap individu.

Pertemuan pendapat - pendapat yang berbeda pola pikir akan menimbulkan perbedaan pendapat yang mungkin akan berlanjut pada diskusi untuk mencari kebenaran. Tiap individu pasti ingin mempertahankan pendapatnya sampai garis ahir, mencari kelemahan pendapat rekan, dan memperlihatkan bahwa dirinyalah yang paling benar. Tidak jarang perbedaan pendapat berahir pada perdebatan sengit yang tidak lagi bertujuan untuk mencari kebenaran, tetapi untuk menjatuhkan rekan dan menjadi "pemenang" yang berujung pada sikap bangga diri.

Selain tidak mencapai tujuan awal, berdebat yang tidak sesuai syariat akan menanamkan kemurkaan dan kebencian di dalam hati. Akan lebih baik untuk kita agar meninggalkan perdebatan.

"Tidaklah sesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan petunjuk kecuali Allah berikan kepada mereka ilmu debat. Kemudian beliau membaca : mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar." (HR Tirmidzi dari Abu Umamah al Bahily)

"Apabila kalian berselisih di dalam Al Qur’an maka tinggalkan tempat itu. Jidal (adu hujjah) adalah masalah yang hukumnya belum pasti; dan untuk menentukan hukum tentang masalah ini, tergantung kepada kondisi yang ada. Sedangkan debat yang sesuai dengan syari'at, maka hukumnya terkadang wajib dan terkadang mustahab." (HR Muttafaqun Alaihi)

"Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya." (HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)